Waspada Terhadap Cuaca Ekstrim, BMKG Peringatkan Ini...

- 25 Februari 2024, 18:00 WIB
Waspada Cuaca Ekstrem! Indonesia Mulai Masuk Musim Pancaroba
Waspada Cuaca Ekstrem! Indonesia Mulai Masuk Musim Pancaroba /Pixabay/

TERAS GORONTALO - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia telah mengeluarkan peringatan untuk masyarakat agar waspada terhadap cuaca ekstrem yang mulai masuk ke dalam musim pancaroba yang diprakirakan berlangsung pada bulan Maret hingga April 2024.

Musim pancaroba sendiri merupakan masa transisi antara musim hujan dan musim kemarau yang seringkali disertai dengan perubahan cuaca yang tidak menentu dan tidak stabil.

Dilansir Teras Gorontalo dari laman Resmi BMKG pada Minggu 25 Februari 2024. Menurut BMKG, cuaca ekstrem seperti hujan deras, angin kencang, petir, angin puting beliung, dan fenomena hujan es bisa terjadi kapan saja dan di mana saja di seluruh wilayah Indonesia selama musim pancaroba. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk selalu waspada dan siap menghadapi kondisi cuaca yang berubah-ubah.

"Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Minggu 25 Februari 2024.

Salah satu efek dari musim pancaroba adalah seringnya terjadinya hujan dengan intensitas yang tinggi dalam waktu singkat. Hal ini dapat menyebabkan banjir dan longsor di beberapa daerah, terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana alam.

Dalam penjelasan Dwikorita, salah satu tanda peralihan musim adalah pola hujan yang sering terjadi pada sore hingga malam hari setelah udara hangat dan terik di pagi hingga siang hari. Fenomena ini disebabkan oleh radiasi matahari yang kuat pada pagi hingga siang hari, yang memicu proses konveksi udara dari permukaan bumi ke atmosfer dan membentuk awan.

Menurut Dwikorita, hujan pada periode ini memiliki karakteristik yang cenderung tidak merata, dengan intensitas yang bisa mencapai sedang hingga lebat dalam waktu singkat. Jika kondisi atmosfer tidak stabil atau labil, potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat.

"Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas," paparnya.

"Curah hujan yang lebat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal didaerah perbukitan yang rawan longsor, kami juga mengimbau untuk waspada dan berhati-hati," tambah dia.

Halaman:

Editor: Viko Karinda


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x