Tragedi Kanjuruhan, Masih Adakah Aparat yang Mengayomi?Begini Pesan Irma Hutabarat Untuk Pihak Kepolisian!

3 Oktober 2022, 15:46 WIB
Tragedi Kanjuruhan, Masih Adakah Aparat yang Mengayomi?Begini Pesan Irma Hutabarat Untuk Pihak Kepolisian! /Tangkap layar Youtube Uya Kuya TV/

 

TERAS GORONTALO – Tragedi di Stadion Kanjuruhan merupakan tragedi terburuk yang pernah terjadi di dunia sepak bola Indonesia, kerusuhan yang bermula dari kekalahan Arema FC dari Persebaya FC.

Pertandingan Arema FC vs Persebaya FC yang diselengarahkan di Stadion Kanjuruhan membawa petaka menimbulkan ratusan korban jiwa dan korban yang terluka dalam insiden ini.

Insiden yang terjadi pasca pertandingan Arema FC vs Persebaya yang berlangsung di Stadion Kajuruhan, Sabtu 1 Oktober 2022.

Tregedi yang terjadi di Sation Kanjuruhan ini menyita perhatian masyarakat Indonesia hingga ke manca Negara, tragedi ini menuai kritikan keras dari berbagai pihak.

Baca Juga: UPDATE Kasus Brigadir J, Kapolri Jelaskan Penahanan Putri Candrawathi Dilimpahkan ke Kejaksaan

Salah satu yang ikut mngkritik kejadian yang terjadi di Stadion Kanjuruhan usai pertandingan Arema FC vs Persebaya ini adalah Irma Hutabarat, Ketua Komunitas Civil Society Indonesia.

Dilansir Teras Gorontalo dari kanal YouTube Refly Harun, Irma Hutabarat menyentil tugas dan tanggung jawab polisi dalam mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat.

“Kita itu kalau melayani artinya kita merasa nyaman di layani, hal yang itu kenapa absen,” tutur ketua Civil Society Indonesia

Ahli Hukum Tata Negara Indonesia Refly Harun merespon pernyataan Irma tersebut.

“Yang jelas kalau kita didatangi polisi yang jelas tetangga kita akan heran waduh ada apa ini, karena setiap didatangi polisi berati mau ditangkap gitu,” ungkapnya.

Irma membalas tanggapan tersebut dengan menyinggung sedikit mengenai pelayanan Kepolisian

“Jadi yang namanya melayani itu harus digaris bawahi,” tuturnya.

Irma Hutabarat mengungkapkan bahwa dirinya pernah berbincang dengan seorang sahabat dari Kodam Siliwangi, Letjen TNI Dr. Doni Monardo.

Baca Juga: Profil 2 Anggota Polri yang Tewas dalam Peristiwa Berdarah di Stadion Kanjuruhan

Sahabatnya tersebut mengatakan bahwa dirinya adalah seorang Kopasus, dan dia dilatih menjadi mesin pembunuh .

“Pak Doni bilang bahwa saya ini Kopasus, di Kopasus ini kita di latih untuk jadi mesin pembunuh,” ucap Irma Hutabarat

“Tetapi selama menjadi Pangdam baik di Siliwangi atau di Patimura, kemana-mana hanya bawa tumbler, ajudannya bawa tumbler dan itu betul, karena kalau berunding katanya dengan Separatis ataupun yang bertikai di Patimura datang ngak pakai senjata,” ungkap Irma Hutabarat.

Hal tersebut menunjukan bahwa sang Letjen percaya kepada masyarakat dan senjata hanya akan menakut nakutin.

Karena sang Purnamirawan TNI itu berprinsip bahwa keselamatan masyarakat adalah hukum yang tertinggi.

“Saya tidak pernah suruh bawa ajudan senjata yang bisa nakut-nakutin orang yang akan bertemu saya, dia bilang keselamatan masyarakat itu hukum yang tertinggi loh buat saya,” ungkap Irma.

Irma menuturkan bahwa sahabatnya bercerita bahwa di Kopasus mereka diajari cara membuat orang lain nyaman.

“Di Kopasus juga diajarin gimana caranya supaya bisa bikin orang nyaman,” tuturnya

Kemudian Irma menekankan harusnya di Kepolisian ada juga pelajaran untuk membuat masyarakat nyaman

“Harusnya di kepolisian juga belajar bahwa bagaimana membuat masyarakat nyaman,”saranya

Refly Harun mengatakan bahwa pelajaran tersebut bukan harusnya tapi yang utama karena itulah tugas Kepolisian.

“Bukan lagi harusnya, itu utama kalau di kepolisian, karena itu jadi main job dia,” Refly Harun.

Irma menuturkan ternyata hal tersebut tidak ada di Kurikulum Kepolisian untuk mempelajari cara membuat masyarakat nyaman.

Dia menuturkan bahwa yang terjadi malah sebaliknya ketika ada Polisi yang mendekat masyarakat justru takut.

“Betul tapi di kurikulum ngak ada, bagaimana rama menyapa orang, jadi kalau orang yang mogok di tengah jalan di samperin Polisi itu ngak deg-deg kan kita merasa mau ditolong,” ungkap Irma

Irma menyarankan bahwa basic Tri Brata harus dilakukan agar masyarakat dapat merasakan tugas kepolisian yang Melindungi, Mengayomi dan Melayani.

Karena hal tersebut yang sudah jarang dirasakan masyarakat pada umumnya lagi.

“Basic dari Tri Brata kalau dikembalikan kesitu maka akan bisa terasa lagi, bahwa kita ini memang memiliki Polisi yang mengayomi, itu udah lama absen perasaan seperti itu nyaris tidak ada,” ungkap pendiri Indonesia Corruption Watch

Kemudian Irma bernostalgia lagi dengan jaman kepemimpinan Kapolri Drs. Hoegoeng Santoso yang memberikan contoh yang baik dan membuat masyarakat merasa adanya aura seorang pemimpin yang melindungi masyarakat.

“Jadi ingat jaman pak Hoegeng (Mantan Kepala Kepolisian Negara Indonesia) di TVRI nyanyi Hawaiian Seniors, pada tahun 70an hingga 80an,.. kita tu nonton Kapolri nyanyi lagu Hawai lalu Nyonya nya nari lagu Hawai melihatnya tu respect banget,” ungkapnya

“Karena kesederhanaan, attitude itu auranya itu mau mengayomi, auranya mau melindungi ngak ada rasa fear. itu harus ditumbuhkan,” tegasnya.***

Editor: Gian Limbanadi

Sumber: YouTube Refly Harun

Tags

Terkini

Terpopuler