Selain Eksploitasi Budaya Minahasa, Film Waruga Kutukan Ilmu Hitam Juga Curi Foto untuk Media Promosi

6 Maret 2024, 21:02 WIB
Selain Eksploitasi Budaya Minahasa, Film Waruga Kutukan Ilmu Hitam Juga Curi Foto untuk Media Promosi /

TERAS GORONTALO - Masyarakat Minahasa, Sulawesi Utara dibuat geram dengan sebuah film horror buatan Malaysia yang mengangkat budaya Waruga.

Bagaimana tidak, film berjudul 'Waruga Kutukan Ilmu Hitam' yang tayang sejak 15 Februari 2024 di Malaysia, memuat penggambaran yang keliru.

Tak sampai disitu, D'Ayu Pictures, rumah produksi yang menggarap film tersebut ternyata juga 'mencuri foto' dalam melakukan promosi film.

Baca Juga: Gegara Film Malaysia 'Waruga, Kutukan Ilmu Hitam', Bocah Minahasa Pertanyakan Makam Leluhur: Ada Kutukan?

Hal ini terungkap, setelah pemilik foto yang dijadikan D'Ayu Pictures sebagai media promosi film tersebut buka suara.

Foto yang digunakan untuk mempromosikan film horror Waruga Kutukan Ilmu Hitam ternyata diambil oleh Erni Kalalo.

Juru Pelihara Objek Wisata Makam Waruga di Sawangan ini kaget ketika melihat fotonya digunakan untuk media promosi.

Baca Juga: Tanggapi Film Horor 'Waruga' Buatan Malaysia, Pinontoan: Produsen Hanya Mengekploitasi Budaya Minahasa

"Saya kaget, karena mereka tidak pernah minta izin untuk menggunakan foto tersebut," ujarnya kepada Teras Gorontalo, Rabu, 6 Maret 2024.

Mengetahui fotonya 'dicuri', dirinya pun membeberkan fakta-fakta tersebut di media sosial Facebook dan TikTok pribadi miliknya.

Yang mengherankan, D'Ayu Pictures sempat memberikan like terhadap video yang diunggahnya di TikTok dan tidak memberikan komentar apapun.

Baca Juga: Film Horor 'Waruga' Buatan Malaysia Diduga Lecehkan Suku Minahasa, Lengkong: Menghina Cagar Budaya

"akun resmi rumah produksi hanya memberikan like dan posting ulang video yang diunggah, tidak ada kompensasi apa-apa," ungkapnya.

Sebagai sosok yang memelihara makam Waruga, dirinya pun turut mengecam penayangan film tersebut.

Menurutnya, tradisi serta budaya Minahasa yang diangkat dalam film tersebut, tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

"Geram rasanya, apalagi cerita yang diangkat tidak sesuai," kecamnya.

Salah satu budayawan Minahasa pun turut mengomentari film Waruga besutan Malaysia ini.

Menurutnya, rumah produksi hanya sekedar mengeksploitasi tradisi dan budaya Minahasa.

"Itu tidak baik, karena mengekploitasi sub budaya Minahasa yang di buat menjadi film yang dinilai agak bias", ujar Denni Pinontoan kepada Teras Gorontalo.

Terlebih, meski mengangkat cerita terkait tradisi Minahasa, pengambilan gambar tidak dilakukan di lokasi aslinya.

"Meskipun tidak ada kompensasi, misalnya harus ada pertanggung jawaban ketika mereka berani mengambil tema Waruga mereka harus berani datang". Ujar Denni Pinontoan.***

Editor: Viko Karinda

Tags

Terkini

Terpopuler