Tulang punggung Tan Malaka terlalu keras untuk membungkuk kepada siapapun termasuk cara Soekarno yang terbuka untuk berdiplomasi dengan Jepang dalam usaha kemerdekaan Indonesia.
Hingga saat Proklamasi dibacakan, secara raga Tan Malaka tak memiliki kesempatan untuk ikut di dalamnya.
Setelah proklamasi nama Tan Malaka kian redup dibawah bayang bayang Soekarno dan Hatta.
Ditengah sibuknya negosiasi Indonesia dan Belanda, Tan Malaka percaya melawan adalah jalan terbaik untuk mengusir para penjajah.
Tan Malaka pun wafat pada usia 51 tahun karena ditembak mati oleh pasukan TNI di Kediri pada 21 Februari 1949.***