Pernyataan Bharada E Ungkap 5 Fakta Kasus Pembunuhan Brigadir J, Kebiasaan Buruk Sambo Terkuak di Poin Nomor 4

- 6 Desember 2022, 20:56 WIB
Pernyataan Bharada E Ungkap 5 Fakta Kasus Pembunuhan Brigadir J, Kebiasaan Buruk Sambo Terkuak di Poin Nomor 4
Pernyataan Bharada E Ungkap 5 Fakta Kasus Pembunuhan Brigadir J, Kebiasaan Buruk Sambo Terkuak di Poin Nomor 4 /Kolase Pikiran Rakyat/

TERAS GORONTALO – Terdakwa dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J, Richard Eliezer atau yang kita kenal dengan Bharada E, kembali mengungkap beberapa fakta baru di pengadilan.

Sejak ditetapkan menjadi tersangka dan memilih jalan sebagai Justice Collaborator, Bharada E seolah-olah telah ikhlas dengan apapun keputusan pengadilan yang menantinya di masa depan.

Karena bagi Bharada E, kejujuran jauh lebih penting daripada mengutamakan isi dari kantong dan jaminan hidup yang mungkin ditawarkan terdakwa lainnya, Ferdy Sambo.

Baca Juga: Bukti Mutlak Bharada E bungkam Kuasa Hukum Istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi Menginginkan Ini

Atas nama keadilan, satu per satu kebenaran dari peristiwa tragis yang telah merenggut nyawa Brigadir J, akhirnya terungkap dan berhasil diseret ke meja hijau.

Kali ini, beberapa fakta lain kembali terkuak berkat pernyataan yang disampaikan Bharada E saat persidangan berlangsung du tanggal 30 Novrmber 2022.

Berikut beberapa fakta pembunuhan Brigadir J yang berhasil terungkap sepanjang persidangan yang dilangsungkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

1.Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Pisah Rumah

Dari pernyataan Bharada E terungkap baik Ferdy Sambo maupun Putri Candrawathi ternyata sudah tidak tinggal serumah lagi.

Disebutkan oleh Bharada E, mantan Kadiv Propam Polri itu hanya menghabiskan waktu di akhir pekan untuk berjumpa dengan istrinya, Putri Candrawathi.

Sejak Bharada E ditugaskan untuk menjadi ajudan Ferdy Sambo pada November 2021, dia ditempatkan untuk menjaga rumah di Jalan Saguling, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Selain dirinya, ada juga empat ajudan lain yang sama-sama ditugaskan di rumah yang sama.

Untuk diketahui, Ferdy Sambo sendiri memiliki tiga rumah, masing-masing beralamatkan di Jalan Bangka, Kompleks Polri Duren Tiga, dan Jalan Saguling III.

Baca Juga: Sejak Kecil Luffy Sudah Menjadi Incaran Pemerintah Dunia, Garp Membohongi Angkatan Laut

Mendengar penjelasan tersebut, Hakim kemudian meminta agar Bharada E dapat menyampaikan dengan detail mengenai kondisi setiap rumah, terutama yang berada di Jalan Bangka dan Saguling.

Menurut Bharada E, kediaman yang berada di Jalan Bangka umumnya digunakan untuk menyambut tamu dari luar, dan menjadi tempat peristirahatan Ferdy Sambo sepulangnya dari kantor.

Adapun mengenai kediaman di Saguling, tidak begitu banyak orang yang tahu secara detail, kecuali pihak internal.

Rutinitas pisah rumah yang dilakoni Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi itu diketahui Richard Eliezer, dari hasil pengamatannya sendiri.

Selain dirinya, ternyata para ajudan lain yang juga ada di rumah yang sama, turut menyadari kejanggalan tersebut.

“Mengenai kebiasaan FS pisah rumah dengan saudara PC, saudara ketahui sendiri atau berdasarkan perintah lain?” tanya Hakim.

“Tahu sendiri karena saya piket,” jawab Bharada E.

“Ajudan lain tahu?” kembali Hakim bertanya.

“Tahu semua,” ucap Bharada E.

2.Ferdy Sambo Memang Ingin Brigadir J Mati

Awal mula diketahuinya hal ini adalah ketika Hakim meminta Bharada E untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya terjadi di rumah Saguling, sebelum Brigadir J dieksekusi.

Berdasarkan kesaksiannya, Bharada E menyebutkan bahwa sempat ada pertemuan dulu yang dilakukan oleh Ferdy Sambo bersama dirinya.

Pertemuan tersebut terjadi di lantai 3 rumah Saguling, di mana saat Bharada E masuk ke ruangan yang ada di lantai 3, terlihat Ferdy Sambo tengah duduk di sebuah sofa panjang.

“Siapa saja disitu?” tanya Hakim.

“Pada saat saya datang masih pak FS (Ferdy Sambo) saja, Yang Mulia,” jawab Bharada E.

Saat ditanya oleh Hakim mengenai keberadaan Bripka RR alias Ricky Rizal, Richard Eliezer menyebutkan bahwa saat itu yang bersangkutan masih berada di lantai bawah.

“Seingat saudara, almarhum (Brigadir J) masih di bawah, ya?” kembali Hakim bertanya kepada Bharada E.

“Masih di bawah, ngobrol di bawah,” tutur Richard Eliezer.

Lalu kemudian Bharada E menuturkan bahwa Ferdy Sambo tiba-tiba bertanya terkait peristiwa yang diduga terjadi di Magelang.

Tentunya karena merasa tidak tahu menahu dengan hal tersebut, dia hanya bisa memberikan jawaban apa adanya.

Setelah itu, dari penjelasan Bharada E, istri sang Jenderal bintang dua itu, Putri Candrawathi datang, dan langsung duduk di samping Ferdy Sambo.

“Baru dia (Ferdy Sambo) bilang, ‘Yosua sudah melecehkan ibu di Magelang’. Dengar itu saya kaget, Yang Mulia. Kaget, takut juga, Yang Mulia, karena posisinya kami yang ajudan yang ada di Magelang, kan, pada saat itu,” beber Bharada E.

Pria kelahiran tahun 1998 ini sempat terdiam sejenak tatkala mendengarkan apa yang disampaikan oleh atasannya itu.

Dalam hatinya bahkan bertanya-tanya apakah peristiwa pelecehan yang disebutkan tersebut benar terjadi atau tidak.

“Dalam hati saya, ‘Ini (pelecehan terhadap Putri Candrawathi) betulkah, tidakkah?’, baru dia bilang ‘Kurang ajar anak ini. Memang kurang ajar anak itu. Dia sudah nggak menghargai saya. Dia udah menghina harkat dan martabat saya,’ itu dia bicara sambil emosi, nangis, mukanya merah,” jelas Richard Eliezer.

Masih dari penuturan Bharada E, disebutkan jika Ferdy Sambo sempat beberapa kali terdiam, namun air mata tetap tampak menetes di pipinya.

Puncak dari emosinya, ayah 3 orang anak ini akhirnya mengatakan dengan lantang dan tegas bahwa ajudannya tersebut layak untuk mati, setelah apa yang diperbuatnya kepada Putri Candrawathi.

“Setiap abis berbicara dia (Ferdy Sambo) ada sisi diamnya untuk nangis, gitu Yang Mulia. Baru dia bilang begini, dia lihat ke saya baru dia bilang, ‘Memang harus dikasih mati anak (Brigadir J) itu,’ kata Richard.

Mendengar hal tersebut sontak Bharada E terkejut, karena dia tidak menduga akan mendengarkan perkataan seperti itu dari mulut atasannya.

Dalam keadaan terdiam itulah, dia menyebutkan Ferdy Sambo mengubah posisi duduknya dan berkata lirih, meminta pria asal Manado itu untuk menembak Brigadir J.

“Baru dia dekat begini (memeragakan posisi Ferdy Sambo saat itu), ‘Nanti kau yang tembak Yosua, ya. Karena kalo kamu yang tembak Yosua, saya yang akan jaga kamu. Tapi kalo saya yang tembak, tidak ada yang jaga kita,’,” imbuh Bharada E. 

3.Bharada E Sempat Berdoa Sebelum Eksekusi Brigadir J Terjadi

Mungkin tak banyak yang tahu bahwa sebelum penembakan terjadi, Richard sempat berdoa di toilet agar eksekusi tersebut tidak jadi dilakukan.

Dia sempat bimbang setelah mendapat perintah dari atasannya tersebut untuk menembak Brigadir J.

Bahkan dalam doanya dia masih berharap, Ferdy Sambo berubah pikiran dan mengurungkan niatnya untuk menghabisi nyawa Brigadir J.

“Saya masuk ke toilet, saya berdoa, Yang Mulia. Saya bilang, ‘Tuhan, kalo bisa Tuhan, ubahkan pikirannya pak Sambo, Tuhan. Tuhan ubahkan pikirannya, biar nggak jadi menembak Yosua’. Karena saya takut juga, Yang Mulia. Saya nggak tau mau cerita ke siapa lagi. Saya cuma beraninya berdoa, Yang Mulia,” ucap Bharada E di hadapan Majelis Hakim dengan mata yang berkaca-kaca.

4.Bharada E Sebut Ferdy Sambo Sering Pulang Malam

Satu kenyataan baru mengejutkan juga terungkap, tatkala Bharada E memberikan pernyataan di persidangan.

Sebuah pernyataan mengejutkan terlontar dari mulut Bharada E, yang menyebutkan tentang kebiasaan yang dimiliki Ferdy Sambo.

Menurut Richard, atasannya itu kerap pulang ke rumah larut malam, dan tak jarang juga baru tiba di waktu subuh.

“Biasanya jam sembilan ke atas, Yang Mulia. Pernah juga subuh, Yang Mulia,” ucap Bharada E.

Mendengar hal tersebut, Hakim kemudian memintanya untuk menjelaskan secara detail perihal kebiasaan pulang malam Ferdy Sambo.

“Biasanya kalau pada saat pengalaman saya (melaksanakan) piket biasanya beliau dijemput sama rekannya, Yang Mulia. Kami disuruh menunggu di kantor, Yang Mulia,” beber Bharada E.

Menurut penuturannya, para ajudan maupun bawahan lainnya akan diminta menunggu Ferdy Sambo di kantor selama yang bersangkutan pergi, hingga akhirnya kembali lagi.

“Baik rekan kepolisian maupun rekan yang lain?” tanya Hakim, memastikan pernyataan dari terdakwa.

“Siap, Yang Mulia,” jawab Richard.

5.Bharada E Sempat Takut Nasibnya akan Seperti Brigadir J Jika Perintah Tidak Dituruti

Masih dalam kesempatan yang sama, Bharada E menyebutkan jika dirinya tak kuasa untuk menolak perintah dari Ferdy Sambo, untuk menembak Brigadir J.

Dia mengaku bahwa dirinya merasa takut terhadap Jenderal bintang dua tersebut, karena kala itu Ferdy Sambo masih menjabat sebagai Kepala Divisi Propam.

Apalagi sebagai anggota polisi, pangkat Richard saat itu adalah Bhayangkara Dua atau Bharada, yang adalah pangkat terendah dalam kesatuan Polri.

“Izin Yang Mulia. Ini Jenderal bintang dua. Menjabat sebagai Kadiv Propam, Yang Mulia. Dan posisi saya saat itu, pangkat saya sampai sekarang ini, saya masih aktif juga, saya Bharada, Yang Mulia. Pangkat terendah, seorang Tamtama,” jelas Bharada E.

Menurutnya, dari pangkat saja, perbedaannya sudah sangat jauh, bagaikan langit dan bumi.

Jadi tentu saja wajar jika rasa takut itu lebih mendominasi diri Bharada E saat itu. 

“Dari kepangkatan situ kita bisa lihat rentang kepangkatan itu antara langit dan bumi, Yang Mulia. Jangankan Jenderal, dari Jenderal yang perintahkan, sesama Bharada, sama-sama Tamtama, cuma beda satu pangkat sama saya, dia mau suruh saya jungkir, saya jungkir, Yang Mulia. Saya tidak berani menolak,” tutur Bharada E.

Untuk diketahui, dalam insiden yang menewaskan Brigadir J ini, Bharada E bersama Ferdy Sambo, Putri Candrawathi dan 2 tersangka lainnya, didakwa melanggar Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 56 ke-1 KUHP.

Di mana ancaman pidana maksimalnya adalah hukuman mati atau penjara seumur hidup atau selama-lamanya 20 tahun.***



Editor: Viko Karinda

Sumber: YouTube PN Jakarta Selatan Instagram @buddykuofficial


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x