Cerpen - Rindu Langit

- 17 Juni 2022, 21:07 WIB
Cerpen - Rindu Langit
Cerpen - Rindu Langit /Pixabay/efes

Sepertinya dia tau perubahan nada dalam suara Mama. Ada apa ini? Benakku dipenuhi rasa ingin tau yang begitu besar. Bisa kurasakan sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan dariku, tapi entah apa.

Bunyi klakson yang bersahut-sahutan membuyarkan lamunanku. Rupanya lampu lalu lintas kembali berwarna hijau. Saatnya mengembalikan konsentrasiku mengendarai mobil di tengah padatnya lalu lintas pagi ini.

Suara kilat menggelegar membangunkanku dari tidur yang nyenyak. Sudah sore rupanya. Kegiatan kampus selama 3 hari ini ternyata cukup menyita waktu dan menguras tenagaku, hingga aku lupa dengan keberadaan Rindu di rumah. Hanya berpapasan ketika sarapan, atau saat akan ke dapur.

Kulirik jam dinding hitam Felix The Cat yang menempel dengan nyamannya di atas meja belajarku. Aku terlonjak dari tempat tidur, nyaris jatuh terjengkang karena hilang keseimbangan. Sudah masuk Maghrib, kenapa tidak ada yang membangunkanku?

Tidak seperti biasanya. Tidak ada suara nyaring Mama yang uring-uringan mengetuk pintu kamarku agar aku terbangun. Aku harus bergegas sebelum waktu Maghrib ini berlalu.

Bunyi perut yang keroncongan dan aroma masakan yang begitu sedap memancing diriku untuk bergegas ke arah ruang makan. Sayup-sayup kudengar suara orang bercengkerama dari arah dapur. Sepertinya itu suara Mama dan Rindu. Ternyata mereka sedang masak bersama. Apa yang mereka perbincangkan? Benakku kembali diliputi kejadian sepanjang perjalanan dari bandara menuju rumah, 3 hari yang lalu.

“Aunty harus cerita semua ke Langit, apa yang sudah terjadi. ‘Gak baik jika hal ini kita diamkan. Sampai kapan aunty akan merahasiakan semuanya?” suara Rindu terdengar sedih. Tangannya terhenti menuangkan sup dari panci ke dalam mangkok. Sepertinya dia berusaha meyakinkan Mama untuk menceritakan sesuatu kepadaku. Tapi apa?

“Maaf Rindu, bukannya aunty ingin menyembunyikan semuanya. Tapi Langit sangat sensitif jika kita menyebut nama Elang. Rindu tau kan seperti apa mereka berdua. Aunty ingin sekali cerita semua ke Langit, tapi ‘gak tau harus mulai darimana,” suara Mama terbata-bata saat membalas perkataan Rindu. Ada airmata menggenang di pelupuk matanya.

Makanan yang mereka masak sudah siap, tapi tak ada satupun yang beranjak meninggalkan dapur. Nama Elang yang meluncur dari bibir Mama kembali menghantarkan mimpi buruk yang selama ini menghantuiku.

Elang..

Halaman:

Editor: Sutrisno Tola


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x