PDB negara tersebut akan tumbuh rata-rata 3,2 persen setiap tahun antara 2022 dan 2030.
Turnamen ini akan memberikan kontribusi sekitar $20 miliar atau sekitar Rp 311,4 triliun untuk perekonomian negara.
Sebelumnya, Mantan presiden FIFA Sepp Blatter mengatakan pekan lalu keputusan untuk membiarkan Qatar menjadi tuan rumah adalah pilihan yang perlu dipertanyakan kembali.
Blatter beranggapan bahwa Qatar dinilai terlalu kecil untuk menggelar ajang sepak bola sebesar Piala Dunia.
"Ini negara yang terlalu kecil, sepak bola dan Piala Dunia terlalu besar untuk itu," jelas Blatter dilansir dari Forbes, pada Minggu 20 November 2022.
Membengkaknya anggaran penyelenggaraan Piala Dunia Qatar 2022 disokong oleh sejumlah faktor.
Selain melakukan pembenahan pada sarana olahraga, Qatar juga membangun sejumlah infrastruktur lain seperti bandara, hotel, serta jaringan metro yang mumpuni.
Pada 2017, Menteri Keuangan Qatar mengatakan telah menghabiskan US$5.000 juta per minggu yang dialirkan untuk membangun proyek infrastruktur termasuk jalan, hotel, peningkatan bandara, serta stadion.
Disamping itu, hampir 3 juta tiket telah ludes terjual pada pertengahan Oktober.
Selain penduduk Qatar, penonton asal Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dilaporkan mendominasi pembelian.