TERAS GORONTALO - Menurut World Health Organization (WHO) (2014) dalam Global Nutrition Targets 2025, stunting dianggap sebagai suatu gangguan pertumbuhan irreversibel yang sebagian besar dipengaruhi oleh asupan nutrisi.
Stunting berpengaruh pada daya tahan tubuh, perkembangan otak, dan pertumbuhan fisik. Tinggi badan anak dikatakan stunting atau keadaan tubuh yang pendek, atau sangat pendek hingga melampaui -2 SD di bawah median panjang berdasarkan tinggi badan menurut usia.
Secara global, stunting diperkirakan sekitar 171 juta sampai 314 juta terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun, diantaranya berada di negara-negara yang terletak di benua Asia dan Afrika.
Baca Juga: One Piece 1087: Hubungan Gol D Roger dan Im Sama, Kejutan Eiichiro Oda
Tingginya prevalensi stunting di dunia menyebabkan stunting mendasari kematian pada anak, hal ini menjadi perhatian bagi para ibu dan wajib diwaspadai, mengingat sebagian besar masyarakat, masih banyak yang belum memahami istilah stunting.
Stunting menggambarkan suatu keadaan malnutrisi yang kronis dan anak memerlukan waktu untuk berkembang serta pulih kembali, menuju keadaan tinggi badan anak yang normal menurut seusianya.
Balita yang mengalami stunting memiliki risiko terjadinya penurunan intelektual, produktivitas dan peningkatan risiko penyakit degeneratif di masa mendatang.
Sedangkan stunting pada anak sekolah dasar merupakan manifestasi dari stunting pada masa balita yang mengalami kegagalan dalam tumbuh kejar (catch up growth), defisiensi zat gizi dalam jangka waktu yang lama, serta adanya penyakit infeksi.