Ketika Kaya Jadi Bentuk Ridha Allah dan Miskin Dikata Murka-Nya, Ustadz Felix Siauw : Keduanya Sama-sama Ujian

- 15 Oktober 2022, 07:36 WIB
Ketika Kaya Jadi Bentuk Ridha Allah dan Miskin Dikata Murka-Nya, Ustadz Felix Siauw : Keduanya Sama-sama Ujian
Ketika Kaya Jadi Bentuk Ridha Allah dan Miskin Dikata Murka-Nya, Ustadz Felix Siauw : Keduanya Sama-sama Ujian /

 

TERAS GORONTALO – Semua orang pasti ingin kaya dan tidak ada yang mau hidup dengan kondisi miskin.

Sayangnya, fakta membuktikan jika penduduk miskin di dunia, jauh lebih banyak disbanding mereka yang kaya.

Fakta ini bukan hanya terjadi zaman sekarang, namun jauh sebelum ini pun, banyaknya manusia yang hidup miskin dibanding menjadi orang kaya, sudah ada sejak zaman awal perkembangbiakan anak cucu Adam alaihissalam.

Demikian juga dengan hasrat atau keinginan setiap manusia agar menjadi orang yang kaya raya, sudah ada jauh sebelum Bumi mencapai usianya saat ini.

Menjadi orang yang kaya, dengan gelimang harta yang banyak, sepertinya sudah menjadi tujuan hidup setiap umat manusia di muka Bumi ini.

Baca Juga: Serie A: Jadwal, Prediksi, Link Live Streaming dan Siaran Langsung Atalanta vs Sassuolo di Liga Italia

Tak hanya itu, menjadi seorang manusia yang memiliki harta kekayaan melimpah, sepertinya sudah menjadi salah satu tolak ukur masyarakat modern saat ini.

Gaya hidup hedonisme, sepertinya sudah melanda hampir setiap oran di zaman yang sangat mengagungkan kemewahan seperti sekarang.

Sikap hedon kemudian menjadi citra diri, dan kerap diletakkan sebagai patokan, untuk menggapai kemuliaan, kehormatan, dan kewibawaan.

Apalagi setiap tayangan yang muncul di layar kaca ataupun media sosial, sering mempertontonkan gaya hidup mewah.

Hingga semakin memperkuat pandangan masyarakat, bahwa kesukseskan itu, adalah ketika seseorang memiliki rumah mewah dua lantai dengan kolam renang, garasi yang diisi dengan deretan mobil mahal, kerja di kantor yang bonafid, hingga makan makanan restoran berkelas setiap harinya.

Ketika ada yang memiliki kehidupan sederhana atau digolongkan dalam kemiskinan, justru kerap dipandang sebelah mata, atau dinilai sebagai pertanda murka Allah.

Bahkan saat ada orang yang lebih mengutamakan kesederhanaan dalam hidup, demi merasakan kebahagiaan yang hakiki pun, malah mendapatkan cercaan yang tak sedikit.

Baca Juga: Serie A: Jadwal, Prediksi, Link Live Streaming dan Siaran Langsung Empoli vs Monza di Liga Italia

Tapi siapa yang menduga, bahwa sebenarnya kaya ataupun miskin itu, sama-sama merupakan ujian dari Allah.

Dikatakan oleh Ustad Felix Siauw, banyak orang yang salah sangka lalu menganggap kaya itu adalah bentuk ridha dari Allah.

Sedangkan miskin adalah bentuk ujian, karena dianggap bahwa Allah murka kepada hamba-Nya.

Padahal Qarun itu kaya, sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa berdoa, agar dia bersama dengan orang miskin, dan dibangkitkan dengan orang miskin.

Sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits berikut :

اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِينًا ، وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا ، وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Ya Allah, hidupkanlah dan matikanlah aku sebagai orang miskin dan kumpulkanlah aku bersama orang-orang miskin,” (HR: At-Tirmidzi).

Menurut Ustadz Felix Siauw, dalam Islam, kaya dan miskin itu sama-sama merupakan ujian yang diberikan oleh Allah kepada umat-Nya.

Sehingga tidak ada sangkut pautnya antara ridha Allah, dengan kekayaan atau kemiskinan seseorang.

Karena pada dasarnya yang menjadi penentu ridha Allah kepada umat-Nya adalah bagaimana respon kita terhadap kaya atau miskin itu sendiri.

Apabila kekayaan itu membawa kita lebih taat kepada Allah, maka itu pertanda bahwa Allah ridha dengan kekayaan yang kita miliki.

Baca Juga: 8 Ciri-Ciri Suami yang Takut Kehilangan Istrinya, Nomor 5 Paling Sering Dialami

Begitu juga dengan seorang hamba yang memilih untuk tetap bersyukur dan bersabar ketika berada dalam kemiskinan, serta menerima ketentuan-Nya dengan ikhlas, maka niscaya ini akan menjadi tanda bahwa Allah ridha kepada hamba-Nya.

Jadi kata Ustadz Felix Siauw, ini hanyalah persoalan bagaimana pola pikir seseorang.

Sebagai umat Muslim yang taat, kita wajib untuk membuang jauh-jauh setiap anggapan, bahwa ridha Allah adalah sama dengan harta.

Kemudian ketika seseorang itu berada dalam kemiskinan, maka hal tersebut langsung dianggap sebagai murka Allah.

Padahal, kaya dan miskin ini adalah bentuk ujian Allah kepada umatnya, dan ujian itu tidak memiliki nilai.

Sesuatu yang memiliki nilai justru adalah jawaban kita ketika menghadapi ujian tersebut, dan bagaimana kita memberikan respon.

Ustadz Felix Siauw menjelaskan bahwa Islam tidak mengharuskan semua umatnya untuk menjadi kaya, pun tidak mewajibkan mereka untuk hidup miskin.

Bahkan Islam sendiri juga tidak mengajarkan bagaimana caranya untuk memperoleh kekayaan, atau seperti apa caranya menjadi miskin.

Justru yang diajarkan Islam itu adalah bagaimana memberikan respons yang paling tepat, terhadap kekayaan atau kemiskinan yang dimiliki.

Karena dari cara memberikan respons itulah, ridha Allah akan kita dapatkan.

Sederhananya, ketika suatu hal itu menuntun langkah kita untuk menjadi lebih taat, berarti hal tersebut adalah kebaikan buat kita, dan Allah pun akan ridha dengannya.

Akan tetapi, jika hal tersebut justru membuat kita semakin jauh dari Allah, maka sejatinya itu akan menjadi keburukan bagi kita.

Perumpamannya, jika kaya seperti Abdurrahman bin Auf, itu jadi pertanda bahwa Allah ridha dengan apa yang kita miliki.

Tapi jika ternyata dengan kekayaan tersebut kita menjadi seperti Qarun, itu artinya Allah tidak ridha dengan semua yang kita miliki.

Begitu juga ketika seseorang hamba miskin dan sulit seperti Nabi Ayyub alaihissalam, niscaya Allah pasti akan ridha.

Namun, jika ketika miskin itu justru menjadikan kita sebagai manusia yang kufur dan senantiasa berputus asa dari rahmat-Nya, maka Allah tak akan ridha sampai kapan pun.

Wallahu a’lam bishawab.***

 

Editor: Gian Limbanadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah