"Jika dilakukan kerja sama operasi, alias skema bisnis tertentu," jelas Randy.
Dijelaskan pula, jika kunci harga tes PCR tersebut adalah pada efektivitas mesin PCR.
Bila mesin digunakan sendiri dan waktu oprasionalnya terbatas, tentu pebisnis akan menaikan harga untuk mengejar modal kembali.
Namun, jika mesin bisa digunakan bersama dan waktu operasi bisa maksimal maka harga tes PCR bisa ditekan.
Oleh sebab itu, perlu dicari model bisnis kolaboratif yang bisa memaksimalkan mesin-mesin PCR yang ada.
Berdasarkan perhitungan ICW dan Koalisi Masyarakat Sipil saja, keuntungan dari bisnis PCR selama sekitar setahun terakhir pandemi mencapai lebih dari 10 triliun rupiah. ***
Editor: Fahri Rezandi Ibrahim