Terancam Resesi, Persentase Indonesia Capai Angka 3 Persen, Sri Mulyani: Kita Tidak Boleh Sampai Terlena

- 15 Juli 2022, 13:22 WIB
Terancam Resesi, Persentase Indonesia Capai Angka 3 Persen, Sri Mulyani Tidak Ingin Terlena
Terancam Resesi, Persentase Indonesia Capai Angka 3 Persen, Sri Mulyani Tidak Ingin Terlena /Foto : G20 Indonesia 2022 /Twitter  @MathiasCormann

 

 

TERAS GORONTALO – Resesi ekonomi merupakan momok bagi negara manapun di seluruh dunia.

Fenomena resesi ekonomi tidak hanya akan mempengaruhi sektor pajak saja, namun investasi bahkan kualitas hidup masyarakat pun ikut terpengaruh.

Meski terlihat stabil, namun pada kenyatannya perekonomian global belum sepenuhnya pulih setelah terdampak pandemik Covid-19.

Baik IMF maupun Bank Dunia juga turut mewanti-wanti seluruh negara di dunia tentang adanya ancaman resesi ekonomi.

Baca Juga: CEK DISINI! Jadwal Pencairan THR dan Gaji 13 2022 ke ASN, TNI-Polri serta Pensiunan Menurut Sri Mulyani

Dilansir dari Pikiran Rakyat, Menteri Keuangan (Menkeu) Indonesia, Sri Mulyani mengatakan bahwa kondisi ekonomi di Tanah Air masih akan dihantui oleh ancaman resesi.

Sri Mulyani mengungkapkan tentang potensi resesi ini secara langsung pada kegiatan G20 Indonesia 2022, Kamis, 14 Juli 2022 kemarin.

Jika menilik pada survey dari Bloomberg, kata Sri Mulyani, ada 15 negara di Asia yang terancam akan mengalami resesi, dan salah satunya adalah Indonesia.

Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani: Pencairan THR Bagi ASN Dimulai H-10 Lebaran

Maka dari itu, Menkeu Sri Mulyani berharap Indonesia tidak akan terlena, dan berusaha untuk menggunakan seluruh instrument kebijakan yang telah diberikan, baik itu berupa fiskal, moneter, sektor keuangan, hingga berbagai jenis regulasi lainnya.

Ini dilakukan tentunya untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya resesi di Indonesia.

Dari data yang dipersiapkan oleh Bloomberg tersebut, diketahui bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-14, dengan jumlah persentase sebesar 3%.

Baca Juga: Hutang Indonesia Tembus 7 Ribu Triliun, Politikus Demokrat Marwan Cik Asan Ingatkan Sri Mulyani Indrawati

Akan tetapi, meski nilai potensi resesi Indonesia masih terbilang rendah, Sri Mulyani menegaskan untuk tidak terlena.

Karena persentase potensi tersebut adalah gambaran kuat atau tidaknya ketahanan pertumbuhan ekonomi domestik, indikator neraca pembayaran, dan juga Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

“Dari sisi korporasi maupun rumah tangga, kita juga relatif baik,” kata Sri Mulyani.

Sektor keuangan Indonesia, kata Sri Mulyani, relatif lebih kuat semenjak krisis global yang dialami pada tahun 2008-2009 silam.

Sehingga, ini kemudian yang membuat Indonesia memiliki daya tahan yang baik, dan risiko adanya kredit macet perbankan bisa terjaga.

“Namun kita tetap harus waspada, karena ini akan berlangsung sampai tahun depan. Risiko global mengenai inflasi dan resesi atau stagflasi sangat nyata, dan akan menjadi salah satu topik penting pembahasan di G20 Indonesia,” tuturnya.

Diketahui, dalam survey Bloomberg tersebut, negara Sri Lanka menempati posisi pertama, dengan persentase yang mencapai 85%, New Zealand 33%, Korea Selatan 25%, Jepang 25%, China 20%, dan Hong Kong sebesar 20%.

Kemudian ada juga Australia dengan angka 20%, Taiwan 20%, lalu Pakistan 20%, Malaysia 13%, Vietnam 10%, Thailand 10%, Phillipine 8%, Indonesia 3%, dan yang terakhir India dengan persentase 0%.

Sebagai informasi, resesi ekonomi adalah suatu kondisi penurunan produk domestik bruto (GDP) di suatu negara selama lebih dari dua kuartal dalam setahun, sehingga pertumbuhan ekonomi riil-nya memiliki nilai negatif.

Resesi ekonomi ini dapat memicu penurunan dalam keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran, bahkan hingga kebangkrutan ekonomi di suatu negara.***

Editor: Agung H. Dondo

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah