Dia juga menambahkan bahwa otopsi ulang ini tentu ada plus minusnya, karena gambaran luka-luka di tubuh Brigadir J sudah tentu ada perbedaan dengan pada saat otopsi pertama dilakukan.
"Otopsi ulang ini tentunya ada plus minusnya, tentu gambaran luka pun pasti akan lebih baik di otopsi pertama, daripada otopsi kedua. Tapi kami masih bersyukur karena mendapatkan petunjuk mengenai gambaran luka-luka di tubuh korban masih cukup jelas," tuturnya.
Baca Juga: Sering Berbohong, Putri Candrawathi Katakan Ini Saat Pemeriksaan, 24 Anggota Polri Dimutasi
"Setelah di review baik dari hasil pemeriksaan, foto, serta gambaran mikroskopik, kita bisa meyakini bahwa luka-luka itu merupakan luka tembak," tambahnya.
Lulusan Patologi Forensik Universitas Indonesia Tahun 2009 ini mengomentari terkait adanya dugaan bahwa kuku Brigadir J dicabut.
Dia menegaskan bahwa tidak ada kuku yang dicabut dan tidak ada tanda-tanda kekerasan lain selain karena hasil tembakan.
"Nggak (benar), nggak ada kuku dicabut, nggak sama sekali," imbuhnya.
Sedangkan untuk penentuan jarak tembak, menurutnya sudah sulit untuk dilihat lagi, karena ciri-ciri luka yang ditemukan pada tubuh bentuknya sudah alami perubahan dari asli.
Menurut Ade Firmansyah, setelah otopsi pertama dilakukan, pastinya jenazah korban sudah sempat dibersihkan, sehingga bentuk luka kelim, lecet atau sejenisnya pada tubuh, warnanya sudah memudar dan dan bentuknya sudah tidak sesuai dengan yang asli.