Seiring berjalannya waktu, apa yang kita inginkan dalam sebuah pernikahan itu, pasti akan jauh dari kenyataan yang sebenarnya.
Oleh karena itu, perlu kesiapan mental dan keteguhan hati yang kuat, agar dapat menghadapi setiap persoalan yang mungkin akan datang menimpa.
Karena menikah itu, tidak hanya tentang suami istri saja, namun juga melibatkan penyatuan pemahaman keluarga besar dari kedua belah pihak.
Lebih lanjut lagi, Ustadz Felix Siauw pun menambahkan bahwa sebelum memantapkan diri untuk menikah, seseorang itu perlu untuk bertanya kepada dirinya sendiri.
Apakah memang sudah betul-betul siap untuk menikah?
Apa keputusan ini tidak terkesan buru-buru?
Apa benar-benar perlu untuk menikah sesegera mungkin?
“Kalau kita merasa ‘ya memang saya perlu, saya mau naik fase, membangun sebuah keluarga, menghasilkan generasi-generasi yang baik untuk memperjuangkan Islam, menggenapi setengah lagi agama saya, dan menginginkan ketaatan yang lebih kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menjaga diri saya dari godaan-godaan lain’, nah itu kalau begitu, nikah,” jelas Ustadz Felix Siauw.
Rasulullah Shallallhu ‘Alaihi wa Sallam sendiri telah memberikan sebuah batasan yang sangat jelas, seperti isi dari hadits berikut ini :
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ